Gerakan 1000 Pohon Matoa: FEBI UIN Raden Intan Lampung Ikut Hijaukan Harapan Bangsa
Oleh: Wahyu Iryana
Bandar Lampung — Selasa, 22 April 2025 Pukul 08.00 pagi. Udara pagi masih sejuk ketika puluhan dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa mulai berkumpul di area pintu utama Gedung Rektorat UIN Raden Intan Lampung. Hari itu, semangat cinta lingkungan mengalir di antara langkah-langkah para peserta yang mengikuti “Gerakan Penanaman 1000 Pohon Matoa” secara serentak, sebagaimana instruksi nasional dari Kementerian Agama Republik Indonesia kepada seluruh satuan kerja di tanah air.
Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor II UIN Raden Intan Lampung, Prof. Dr. Safari, S. Ag., M. Sos. I., yang mewakili Rektor Prof. Dr. H. Wan Jamaluddin, M. Ag. Dalam sambutannya, Prof. Safari menekankan bahwa gerakan ini bukan hanya penanaman pohon, tetapi juga penanaman nilai-nilai keberlanjutan, tanggung jawab moral terhadap alam, dan simbol gotong royong lintas generasi.
“Kita bukan hanya menanam pohon, tetapi menanam masa depan,” ujar Prof. Safari, diiringi tepuk tangan hadirin. “Matoa ini bisa tumbuh tinggi dan kuat, seperti harapan kita agar kampus ini menjadi pelopor gerakan hijau di Indonesia.”
Dekan FEBI Berperan Aktif
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) tampil menonjol dalam kegiatan tersebut. Dekan FEBI, Prof. Dr. Tulus Suryanto, MM, Akt., didampingi oleh Wakil Dekan III FEBI, Dr. H. Wahyu Iryana, S. Hum., ChRMP, dan Kabag Febi Zulaini Chaniago, MM tampak aktif dan membaur dengan peserta lain. Ketiganya tidak hanya hadir secara simbolik, tetapi benar-benar turun tangan menanam langsung pohon matoa di titik-titik yang telah ditentukan panitia.
Dengan mengenakan pakaian santai dan sepatu lapangan, Prof. Tulus menyatakan bahwa kegiatan ini adalah bentuk aktualisasi nilai-nilai ekonomi Islam yang menjunjung tinggi prinsip keseimbangan (mīzān) dan keberlanjutan (sustainability).
“Kesejahteraan umat tidak bisa dilepaskan dari kesejahteraan lingkungan,” ujar Prof. Tulus sambil merapikan tanah di sekitar bibit matoa yang baru ditanam. “FEBI berkomitmen untuk terus aktif dalam program lingkungan, karena ekonomi hijau adalah masa depan.”
H. Wahyu Iryana menambahkan, gerakan ini juga menjadi media pendidikan karakter bagi mahasiswa. “Ini bukan hanya soal menanam, tapi membentuk kesadaran. Mahasiswa kita harus paham bahwa menjaga bumi adalah bagian dari ibadah,” katanya.
Solidaritas Hijau, dari Dosen hingga Mahasiswa
Kegiatan berlangsung meriah dan penuh semangat. Selain FEBI, seluruh fakultas dan lembaga di lingkungan UIN Raden Intan Lampung turut ambil bagian. Hadir dalam kegiatan ini para Wakil Rektor, para Dekan, para Wakil Dekan, Direktur dan Asisten Direktur Pascasarjana, serta Kepala Lembaga di lingkungan kampus hijau tersebut. Turut hadir pula para duta lingkungan kampus yang menyemarakkan kegiatan dengan orasi pendek dan yel-yel kreatif bertema cinta bumi.
Sebanyak 1000 bibit pohon matoa telah disiapkan panitia dan ditanam serentak di berbagai titik strategis kampus. Panitia memastikan bahwa pohon-pohon ini akan terus dirawat hingga tumbuh besar dan memberikan manfaat jangka panjang bagi kampus dan sekitarnya.
“Ini bukan program seremonial,” ujar Ketua Panitia Kegiatan. “Kami sudah membentuk tim pemeliharaan pohon di tiap fakultas dan unit kerja. Kami ingin ini jadi warisan hijau UIN untuk generasi yang akan datang.”
Simbol Hijau, Simbol Harapan
Pohon matoa bukan sembarang pohon. Selain buahnya yang manis dan bernutrisi, matoa dikenal sebagai tanaman yang tahan terhadap berbagai kondisi cuaca dan memiliki akar kuat yang memperkuat struktur tanah. Filosofinya sejalan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan UIN Raden Intan Lampung kepada seluruh warganya: kuat, bermanfaat, dan membumi.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari peringatan Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April. Tidak heran, suasana yang tercipta di kampus saat itu terasa istimewa: teduh, penuh semangat, dan dibalut dengan rasa syukur atas alam yang masih memberi kehidupan.
Menanam Harapan di Tengah Tantangan
Di tengah isu perubahan iklim global dan degradasi lingkungan, gerakan kecil seperti ini bisa menjadi inspirasi besar. “Kita tidak harus menunggu menjadi ahli lingkungan untuk peduli,” ujar salah satu mahasiswa FEBI yang ikut menanam. “Cukup tanam satu pohon hari ini, dan itu sudah bentuk kontribusi nyata.”
UIN Raden Intan Lampung, dengan semangat Islam Rahmatan lil ‘Alamin, kembali menunjukkan bahwa pendidikan tinggi bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter, empati, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Sebagaimana matoa yang baru tumbuh memerlukan waktu dan perawatan untuk menjadi rindang, begitu pula gerakan cinta bumi ini: ia butuh komitmen jangka panjang. Namun, pagi itu di UIN Raden Intan Lampung, harapan-harapan hijau telah ditanam. Dan seperti pohon matoa, ia akan tumbuh—pelan tapi pasti—membawa sejuk dan teduh bagi siapa pun yang kelak berteduh di bawahnya.
(WI/ed.DS)